Jumat, 31 Juli 2009

PROYEKSI PETA

Proyeksi Peta Buckminster Fuller Proyeksi Peta Peterson

Proyeksi Map Behrmann

Proyeksi Peta Gerardus Mercator

A modern Mercator Projection

His famous world map of 1569

Proyeksi Peta Oronteus Finaeus

Jumat, 08 Mei 2009

Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikro organisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.

Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km2, yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).

Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.

Indo-Pasifik
Regional Indo-Pasifik terbentang mulai dari
Indonesia sampai ke Polinesia dan Australia lalu ke bagian barat ialah Samudera Pasifik sampai Afrika Timur. Regional ini merupakan bentangan terumbu karang yang terbesar dan terkaya dalam hal jumlah spesies karang, ikan, dan moluska.
Berdasarkan bentuk dan hubungan perbatasan tumbuhnya terumbu karang dengan daratan (land masses) terdapat tiga klasifikasi terumbu karang atau yang sampai sekarang masih secara luas dipergunakan.


1.Terumbu Reef
Endapan masif batu kapur (limestone), terutama kalsium karbonat (CaCO3), yang utamanya dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur, seperti alga berkapur dan moluska. Konstruksi batu kapur biogenis yang menjadi struktur dasar suatu ekosistem pesisir. Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air.


2.Karang Coral
Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip.


3.Karang terumbu
Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral) atau karang lunak, berbeda dengan batu karang (rock), yang merupakan benda mati.


Terumbu karang
Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis­jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis­jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.


Jenis-jenis terumbu karang :

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh:
Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh:
Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh:
Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua).

4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh:
Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh).

Zonasi terumbu karang :

1.Windward reef (terumbu yang menghadap angin)
Windward merupakan sisi yang menghadap arah datangnya angin. Zona ini diawali oleh reef slope atau lereng terumbu yang menghadap ke arah laut lepas. Di reef slope, kehidupan karang melimpah pada kedalaman sekitar 50 meter dan umumnya didominasi oleh karang lunak. Namun, pada kedalaman sekitar 15 meter sering terdapat teras terumbu atau reef front yang memiliki kelimpahan karang keras yang cukup tinggi dan karang tumbuh dengan subur.
Mengarah ke dataran pulau atau gosong terumbu (patch reef), di bagian atas reef front terdapat penutupan alga koralin yang cukup luas di punggungan bukit terumbu tempat pengaruh gelombang yang kuat. Daerah ini disebut sebagai pematang alga atau algal ridge. Akhirnya zona windward diakhiri oleh rataan terumbu (reef flat) yang sangat dangkal.


2. Leeward reef (terumbu yang membelakangi angin)
Leeward merupakan sisi yang membelakangi arah datangnya angin. Zona ini umumnya memiliki hamparan terumbu karang yang lebih sempit daripada windward reef dan memiliki bentangan goba (lagoon) yang cukup lebar. Kedalaman goba biasanya kurang dari 50 meter, namun kondisinya kurang ideal untuk pertumbuhan karang karena kombinasi faktor gelombang dan sirkulasi air yang lemah serta sedimentasi yang lebih besar.


Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang

Ekosistem Rumput Laut dan Padang Lamun


Rumput Laut

Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Dalam bahasa Inggris, rumput laut diartikan sebagai seaweed. Sumber daya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut alam biasanya dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Beberapa daerah pantai di bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak.

Di pantai selatan Jawa Barat dan Banten , rumput laut dapat ditemui di sekitar pantai Santolo dan Sayang Heulang di Kabupaten Garut atau di daerah Ujung Kulon Kabupaten Pandeglang. Sementara di daerah pantai barat Sumatera, rumput laut dapat ditemui di pesisir barat Provinsi Lampung sampai pesisir Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Beberapa daerah dan pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan Papua.







Gambar: Gracelaria sp (kiri) dan Euchema cottonii (kanan)




Padang Lamun


Padang lamun ditemukan tersebar di seluruh Kepulauan Derawan dengan kondisi yang berbeda dengan rata-rata luas tutupan kurang dari 10% sampai 80%. Ekosistem ini secara ekologi dan ekonomi sangat penting tapi keberadaannya terancam oleh gangguan dan kegiatan manusia seperti pembukaan hutan besar-besaran, kebakaran hutan, budidaya laut, sedimentasi, baling-baling perahu, dan lain-lain. Di Pulau Derawan terdapat dua jenis lamun yang dominan Thalasia hemprichii dan Halophila ovalis serta empat spesies lamun lain yang ditemukan di sekeliling pulau yaitu Halodule uninervis, Cyamodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, dan Halodule pinifolia.



Gambar : Halophila ovalis (gambar kiri) dan Halodule uninervis (gambar kanan)





Gambar: Syringodium isoetifolium (gambar kiri) dan Halodule pinifolia (gambar kanan)











Sumber:

Jumat, 01 Mei 2009

Jenis Manggrove Beserta Persebarannya


Ada tiga jenis bakau yang biasa dijumpai di hutan-hutan bakau di Indonesia. Jenis-jenis tersebut ialah:

Bakau Minyak


Bakau minyak memiliki nama ilmiah, yaitu Rhizophora apiculata Bl. (atau sering pula disebut R. conjugata L.), bakau minyak juga disebut dengan nama bakau tandok, bakau akik, bakau kacang dan lain-lain. Tandanya, dengan warna kemerahan pada tangkai daun dan sisi bawah daun.
Bunga biasanya berkelompok dua-dua, dengan daun mahkota gundul dan kekuningan. Buah kecil, coklat, panjangnya 2 – 3,5 cm. Hipokotil dengan warna kemerahan atau jingga, dan merah pada leher
kotiledon bila sudah matang. Panjang hipokotil sekitar 18 – 38 cm.
Menyukai tanah berlumpur halus dan dalam, yang tergenang jika pasang serta terkena pengaruh masukan air tawar yang tetap dan kuat. Menyebar mulai dari
Sri Lanka, Semenanjung Malaya, seluruh Indonesia, sampai ke Australia tropis dan pulau-pulau di Pasifik.

Bakau Kurap

Nama ilmiahnya adalah Rhizophora mucronata Poir. Juga disebut dengan nama-nama lain seperti bakau betul, bakau hitam dan lain-lain. Kulit batang hitam, memecah datar.
Bunga berkelompok, 4-8 kuntum. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 9 mm. Buah bentuk telur, hijau kecoklatan, 5 – 7 cm. Hipokotil besar, kasar dan berbintil, panjang 36 – 70 cm. Leher kotiledon kuning jika matang.
Sering bercampur dengan bakau minyak, namun lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan berpasir. Lebih menyukai substrat yang tergenang dalam dan kaya humus; jarang sekali didapati di tempat yang jauh dari pasang surut. Menyebar luas mulai dari
Afrika timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, kepulauan Nusantara, Melanesia dan Mikronesia. Diintroduksi ke Hawaii.













Bakau Kecil

Nama ilmiahnya adalah Rhizophora stylosa Griff
Pohon dengan satu atau banyak batang. Tidak seperti dua kerabatnya terdahulu yang dapat mencapai 30 m, bakau kecil hanya tumbuh sampai dengan tinggi sekitar 10 m. Bunga dalam kelompok besar, 8-16 kuntum, kecil-kecil. Daun mahkota putih, berambut panjang hingga 8 mm. Buah coklat kecil, panjang s/d 4 cm. Hipokotil berbintil agak halus, 20-35 cm (terkadang 50 cm); leher kotiledon kuning kehijauan ketika matang.
Bakau ini menempati habitat yang paling beragam. Mulai dari lumpur, pasir sampai pecahan batu atau karang. Mulai dari tepi pantai hingga daratan yang mengering. Terutama di tepian pulau yang berkarang. Diketahui menyebar di
Taiwan, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, dan Australia tropis. Di Indonesia didapati mulai dari Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Sulawesi, Maluku dan Papua.















Sumber:

Selasa, 14 April 2009

Hutan Bakau, Kekayaan Alam Imdonesia yang di Ambang Kemusnahan

Indonesia memiliki sumber daya alam yang beranekaragam. Bisa dibilang memiliki sumber daya alam terlengkap bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Minyak bumi, batu bara, perikanan, hutan yang lebat, semua ada. Semuanya merupakan sumber daya alam yang dapat menghasilkan triliunan rupiah setiap harinya.

Walaupun begitu, Indonesia tetap tidak lepas dari bencana dan kekacauan. Baik dari bencana yang disebabkan oleh alam, maupun yang disebabkan oleh manusia sendiri.

Bencana alam adalah bencana yang tidak dapat dihindari oleh manusia, seperti meletusnya gunung berapi Krakatau atau terjadinya tsunami di Aceh. Namun bencana yang disebabkan oleh manusia tidak seharusnya terjadi. Manusia seharusnya dapat menghindari bencana yang akan mereka buat sendiri, karena manusia dapat berpikir. Tapi yang terjadi malah hal yang sebaliknya, keserakahan manusia untuk mendapatkan keuntungan menyebabkan bencana. Salah satunya adalah penebangan hutan bakau.

Berdasarkan kajian ekonomi terhadap analisa biaya dan manfaat ekosistem hutan bakau ternyata sangat mengejutkan, di beberapa daerah, seperti Madura dan Irian Jaya dapat mencapai triliunan rupiah.

Pada mulanya, kondisi hutan bakau direncanakan untuk tetap dipertahankan 100% seperti kondisi awalnya dan dipilihlah pengelolaan yang paling optimal dalam usaha mempertahankannya. Namun pada kenyataannya telah terjadi pengurangan hutan bakau. Luas hutan bakau berkurang hingga hanya tersisa 11,9% (128.740 ha) dari luas aslinya.


Ratusan hektar hutan bakau di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, terancam rusak parah akibat pembabatan liar yang dilakukan warga setempat.

Hutan bakau sendiri merupakan kawasan yang didominasi oleh jenis pohon mangrove, tumbuhan yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan ini beralokasi di kawasan pesisir dan merupakan elemen yang paling berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar.

Walaupun terlihat sederhana dan terkesan tidak penting, namun proses pengendapan lumpur yang dilakukan hutan bakau amat sangat berguna untuk kelangsungan mahluk hidup yang ada di sekitarnya. Proses tersebut berhubungan erat dengan penghilangan racun, karena bahan tersebut sering tercampur dengan partikel lumpur. Proses penghilangan racun tersebut dapat menyelamatkan hidup spesies-spesies yang tinggal di sekitar hutan bakau, karena bila racun-racun itu tidak dapat dihilangkan maka tanah, maupun air dapat tercemar. Dan hal tersebut akan besar pengaruhnya bagi hewan maupun tumbuhan.

Hutan bakau juga memiliki banyak fungsi dan manfaat lainnya. Namun fungsi yang paling penting merupakan pelindung dari bencana alam. Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai ataupun tsunami.

Melihat fungsi-fungsi tersebut, maka sudah sepantasnya kita menjaga kelestarian hutan bakau sejak dini. Karena dikhawatirkan di waktu yang mendatang akan sangat sulit untuk dapat mempertahankan hutan bakau di Jawa, bahkan di daerah manapun di Indonesia ini. Bayangkan apa yang akan terjadi bila seluruh hutan bakau di Indonesia hancur atau bahkan musnah. Erosi pasti akan mudah terjadi di wilayah bagian pesisir, tidak akan ada lagi yang melindungi kita dari bencana alam seperti tsunami dan badai, mahluk hidup yang tinggal di daerah pesisir pun terancam akan punah.
Sumber: